TIPOLOGI PERPUSTAKAAN



MAKALAH

KONSEPSI TIPOLOGI PERPUSTAKAAN

 

Dosen Pengampu:
Dr. Nurdin Laugu, S.Ag., SS., M.Si

Disusun Oleh :
Anis Nur Hanifah       ( 16140088)
Anggi Toberty             (16140102)
Muhammad Murtando(16140114)
Shohi Khairani            (16140121)
Efendi Abdillah          (16140122)


PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017



BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Kata perpustakaan tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Setiap lembaga yang berdiri diwajibkan memiliki perpustakaan. Dengan keadaan tersebut pastinya menimbulkan keberagaman jenis perpustakaan. Sebelum membahas tentang jenis-jenis perpustakaan, kami akan memaparkan beberapa definisi perpustakaan menurut para ahli.
Menurut Taslimah Yusuf (1996), Perpustakaan adalah tempat menyimpan berbagai jenis bahan bacaan. Di situ masyarakat dapat dapat memanfaatkan bacaannya untuk menambah pengetahuan, mencari informasi atau sekadar mendapat hiburan.[1]
Menurut Random HouseDictionary of the English Language, Perpustakaan adalah suatu tempat, berupa sebuah ruangan atau gedung yang berisi buku-buku dan bahan-bahan lain untuk bacaan, studi maupun rujukan.[2]
Seiring berjalannya waktu, perpustakaan tidak hanya berisi dengan buku dan surat kabar saja, namun perpustakaan juga menyimpan koleksi digital seperti rekaman suara, gambar bergerak, buku digital atau e-book, dan lain-lain. Maka muncullah istilah perpustakaan digital.
Perpustakaan digital melanjutkan tradisi kepustakawanan. Kalau saat ini komputerisasi dan koleksi digital merupakan karakteristik paling dominan dalam Perpustakaan Digital, tentu saja wajar. Sama wajarnya dengan kenyataan bahwa sejak kelahirannya perpustakaan selalu menikuti perkembangan teknologi. Ketika media untuk bahasa masih menggunakan batu dan tanah liat perpustakaan mengoleksinya. Keika buku kertas menggantikan kulit domba, perpustakaan mengoleksinya. Ketika buku kertas ditemani alat elektronik, perpustakaan mengoleksinya.[3]
Adapun fungsi dari perpustakaan adalah sebagai berikut: (1) Penyimpanan. Perpustakaan bertugas menyimpan buku-buku yang diterimanya. (2) Penelitian. Perpustakaan bertugas menyediakan buku untuk keperluan penelitian. (3) Informasi. Perpustakaan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. (4) Pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup. (5) Kultural. Perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada serta juga meningkatkan nilai dan apresiasi budaya  masyarakat sekitarnya melalui proses penyediaan bahan bacaan.[4]
Selain kelima fungsi di atas, Darmono dalam bukunya Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah menyebutkan fungsi lain perpustakaan adalah sebagai tempat rekreasi. Darmono menjelaskan bahwa perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lain untuk: (1) Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani. (2) Mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang. (3) Menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif.[5]
Berdasarkan perkembangan zaman, maka jumlah dan jenis peprustakaan semakin banyak. Maka jenis perpustakaan zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan perpustakaan dahulu, terutama setelah munculnya perpustakaan digital.

B.  RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana konsepsi tipologi menurut Pak Nurdin Laugu?
2.    Bagaimana pendapat anda mengenai konsepsi tipologi menurut Pak Nurdin Laugu?
3.    Bagaimana tawaran saran anda mengenai konsepsi tipologi yang baru?
4.    Bagaimana konsepsi tipologi yang baru menurut anda?


BAB II

PEMBAHASAN

A.           KONSEPSI TIPOLOGI MENURUT BAPAK NURDIN LAUGU



B.     PENDAPAT KAMI MENGENAI KONSEPSI TIPOLOGI MENURUT BAPAK NURDIN LAUGU

Konsepsi Tipologi Perpustakaan menurut Bapak Nurdin Laugu, perpustakaan pada umumnya dibagi menjadi perpustakaan keagamaan dan non keagamaan. Kami tidak setuju, karena sebaiknya kita tidak memandang seseorang dari agamanya. Apabila perpustakaan digolongkan menjadi keagamaan dan non keagamaan, maka kita seperti tidak menghargai orang yang atheis. Apabila terdapat perpustakaan yang berisi koleksi tentang agama, maka dimaksukkan ke golongan perpustakaan khusus. Dengan begini, orang atheis tidak seperti tidak dianggap sebagai pengguna perpustakaan, terutama di Negara-negara barat atau Negara komunis yang memiliki banyak penduduk atheis.
Pada awal sejarah perpustakaan sebelum masehi, perpustakaan bermula dari kebutuhan manusia untuk berkomunikasi. Bermula dari kebutuhan itu, mereka menuliskan pesan yang berupa sandi/isyarat di batu, daun, atau pohon yang dipahat. Berangur-angsur komunikasi tidak hanya terjadi pada satu kelompok saja, melainkan meluas kepada antar kelompok dan bahasa yang digunakan sudah menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Karena kebutuhan awalnya bukan untuk keagamaan tapi untuk kebutuhan komunikasi, maka sebaiknya perpustakaan tidak digolongkan berdasarkan agama.
Kemudian perpustakaan non keagamaan dibagi menjadi perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, dan perpustakaan khusus. Sedangkan perpustakaan keagamaan dibagi menjadi perpustakaan islam dan perpustakaan non islam. Kami setuju dengan adanya perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, dan perpustakaan khusus namun tidak menjadi cabang dari perpustakaan non keagamaan melainkan menjadi jenis perpustakaan sendiri.
Disamping itu kami tidak setuju dengan konsep perpustakaan keagamaan dibagi menjadi perpustakaan islam dan perpustakaan non islam, karena hal tersebut bisa menjadi rasis. Hal ini dapat menimbulkan kesalah pahaman. Apalagi masa sekarang isu agama menjadi sangat sensitive bagi beberapa kalangan. Apabila perpustakaan agama digolongkan menjadi perpustakaan islam dan non islam, maka agama islam seperti diunggulkan dan agama lain dikesampingkan. Jadi kami menyabangkan perpustakaan berdasarkan agama yang ada di dunia, misal  perpustakaan Islam, perpustakaan Kristen, perpustakaan Yahudi, dll.
Setelah itu perpustakaan umum dibagi menjadi Perpustakaan Daerah Pemerintah, Perpustakaan Masyarakat Non Pemerintah, Taman Baca Masyarakat, dsb. Kami setuju dengan konsepsi tersebut, karena pembagian tersebut telah diatur dalam UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 22 ayat 1 yang berbunyi “Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat”.
Di samping perpustakaan umum ada perpustakaan pribadi yang memiliki cabang, yaitu Perpustakaan Khalid bin Yazid, Perpustakaan Ibn Khaldun, dll. Kami setuju dengan konsep tersebut karena kedua perpustakaan tersebut merupakan contoh dari perpustakaan pribadi. Keterangan yang lebih dikenal sebagai awal berdirinya perpstakaan di dunia islam adalah perpustakaan yang didirikan oleh Khalid bin Yazid. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh J. Pederen (1996: 150) bahwa Khalid bin Yazid telah medirikan perpustakaan dengan latar belakang karena ia kecewa tidak mendapatkan kekhalifahan. Oleh karena itu untuk menghibur diri ia mendirikan sebuah perpustakaan.
Di samping perpustakaan umum dan perpustakaan pribadi terdapat perpustakaan khusus yang memiliki cabang yaitu, Perpustakaan Akademik dan Non Akademik. Kami tidak setuju dengan konsep tersebut karena perpustakaan yang menyangkut aspek akademik masuk ke jenis perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi sedangkan aspek non akademik masuk jenis perpustakaan khusus.
Di samping perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, dan perpustakaan khusus terdapat perpustakaan islam yang memiliki cabang yaitu, perpustakaan masjid, perpustakaan sekolah, perpustakaan ilmuwan, perpustakaan universitas, perpustakaan lembaga organisasi, dan perpustakaan kerajaan. Kami tidak setuju dengan konsep tersebut karena perpustakaan sekolah dan perpustakaan universitas menjadi cabang sendiri, tidak mungkin sebuah sekolah atau sebuah universitas hanya menyediakan jenis koleksi keagamaan saja. Kemudian perpustakaan lembaga organisasi dan ilmuwan masuk ke cabang dari perpustakaan khusus. Sedangkan perpustakaan masjid merupakan contoh dari perpustakaan islam, seperti Perpustakaan Masjid Agung Jawa Tengah, Perpustakaan Masjid Istiqlal, Perpustakaan Masjid Nabawi, dan Perpustakaan Masjid Al Akbar Surabaya.
Di samping perpustakaan umum, perpustakaan pribadi, perpustakaan khusus, dan  perpustakaan islam, terdapat perpustakaan non islam yang memiliki cabang yaitu perpustakaan agama selain islam. Menurut kami perpustakaan tersebut menjadi satu level dengan perpustakaan islam. Seperti Perpustakaan Kristen, Perpustakaan Katolik, Perpustakaan Hindu, Perpustakaan Budha, dan Perpustakaan Yahudi, dan berdasarkan Hak Asasi Manusia tidak ada perbedaan dalam hal agama.
Selanjutnya, Perpustakaan akademik dibagi menjadi perpustakaan Perguruan Tinggi, perpustakaan sekolah dan perpustakaan pra sekolah. Kami tidak setuju apabila Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Sekolah menjadi cabang dari Perpustakaan Akademik.  Karena merujuk pada UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi “Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan SNP dan Pasal 24 ayat 1 yang berbunyi “Setiap Perguruan Tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan SNP.
Di samping Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Sekolah, terdapat Perpustakaan Pra-Sekolah. Menurut kami, perpustakaan pra-sekolah dapat dimasukkan ke perpustakaan sekolah. Karena, visi dan misi dari Peprustakaan Pra-Sekolah yang meliputi TK sederajat dan PAUD pada dasarnya sama dengan visi dan misi Perpustakaan Sekolah yang meliputi Perpustakaan SD sederajat, SMP sederajat, dan SMA sederajat hanya saja koleksinya yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka. Kedua perpustakaan ini memiliki tujuan  membantu pencapaian pengembangan tujuan-tujuan sekolah yang bersangkutan. Penekanan tujuannya adalah pada aspek adukatif dan rekreatif (kultural).[6]
Disamping Perpustakaan Akademik terdapat Perpustakaan Non Akademik yang meliputi, perpustakaan penelitian, perpustakaan bank, perpustakaan perusahaan, dll. Kami tidak setuju, karena menurut kami perpustakaan tersebut merupakan cabang dari pepustakaan khusus. Karena perpustakaan-perpustakaan tersebut memiliki koleksi dengan subyek-subyek khusus atau tertentu. Faktor-faktor yang mendorong timbunya perpustakaan khusus antara lain adalah berdasarkan kebutuhan jasa informasi dan kemampuan pemenuhan kebutuhan jasa informasi yang dihasilkan yang mana jasa yang dikerjakan perpustakaan khusus bervariasi tergantung pada organisasinya.[7]
Setelah itu cabang dari perpustakaan sekolah yaitu perpustakaan SD, SMP dan SMA. Kami setuju dengan konsep tersebut karena, perpustakaan sekolah terdiri dari perpustakaan SD sederajat, perpustakaan SMP sederajat, dan perpustakaan SMA sederajat. Sedangkan perpustakaan pra sekolah yang meliputi PAUD dan TK merupakan cabang dari perpustakaan sekolah juga seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya.


C.      TAWARAN SARAN KAMI MENGENAI KONSEPSI TIPOLOGI YANG BARU

Tipologi perpustakaan menurut konsep dari bapak Dr. Nurdi Laugu, S. Ag., SS., M.Si terbagi menjadi dua jenis perpustakaan, yaitu: perpustakaan keagamaan dan perpustakaan non keagamaan. Perpustakaan keagamaan tersebut terbagi menjadi dua yaitu: perpustakaan Islam dan perpustakaan non Islam, sedangkan perpustakaan non keagamaan terbagi menjadi: perpustakaan umum, khusus, pribadi, dll. Berdasarkan diskusi kelompok kami, kami kurang setuju dengan konsepsi yang dibuat oleh bapak Dr. Nurdi Laugu, S. Ag., SS., M.Si dengan alasan bahwa pembagian konsepsi tipologi tersebut terkesan menggandung unsur keterpihakan terhadap salah satu agama, karena dalam sejarah asal mula perkembangan perpustakaan di dunia, perpustakaan sendiri dimulai dari peradaban Yunani yang awalnya dikembangkan oleh Peistratus dari Athena dan Polyeratus dari Samos sekitaran abad ke-6 dan ke-7 SM. Kemudian perpustakaan di jaman Yunani kuno mencapai puncaknya pada abad Hellenisme yang ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan Yunani yang berpusat di kota Alexandria, pada awalnya mempunyai koleksi 200.000 gulungan papirus hingga mencapai 700.000 gulungan papirus. Kemudian Yunani mempengaruhi kehidupan budaya dan intelektual Roma, terbukti dengan banyaknya orang Roma yang mempelajari filsafat, sastra dan ilmu pengetahuan Yunani bahkan juga bertutur bahasa Yunani. Setelah itu perpustakaan pribadi mulai tumbuh karena perwira tinggi banyak membawa rampasan perang termasuk buku. Julius Caesar bahkan memerintahkan agar dibukanya perpustakaan untuk umum, perpustakaan kemudian tersebar keseluruh bagian kerajaan Roma. Setelah itu perpustakaan mulai mengalami kemunduran ketika kerajaan Roma mulai runtuh hingga akhirnya yang tersisa hanya perpustakaan biara/gereja, yang lainnya lenyap akibat serangan dari orang-orang Barbar. Baru pada abad ke-8 dan ke-9 M. Seorang ilmuan muslim mengkaji dan menerjemahkan karya filsafat, pengetahuan dan kedokteran Yunani kedalam bahasa Arab, puncak keemasannya terjadi pada masa pemerintahan Abbasiyah Al- Makmun yang mendirikan rumah kebijakan (bait al-hikmah), yaitu suatu lembaga studi yang menggabungkan unsur perpustakaan akademi dan biro terjemahan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa jika kita membuat tipologi perpustakaan berdasarkan keagamaan maka seharusnya yang menjadi tolak ukur adalah Kristen bukannya Islam, karena awal mula perkembangan perpustakaan yang tersisa adalah perpustakaan biara/gereja yang berada di Roma yang itu terjadi jauh sebelum munculnya perpustakaan yang ada di Arab. Selain itu juga konsepsi tersebut (baca: keagamaan) sangat berpotensi menimbulkan kesalah pahaman jika di terapkan dikalangan umum, karena beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat disekitar kita dan juga akan menimbulkan pertanyaan “kenapa perpustakaan keagamaan dikelompokkan kedalam perpustakaan Islam dan non Islam?, kenapa tidak Kristen dan non Kristen? Hindu dan non Hindu? Dan sebagainya.
Dari perdebatan tentang konsepsi tipologi perpustakaan ini, maka muncullah konsepsi lain yang kami ajukan, berdasarkan beberapan sumber yang kami temukan dan menjadi bahan pertimbangan kami dalam menentukan tipologi perpustakaan.
Dengan berkembangnya perpustakaan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini, menuntut sebuah kefleksibelan bentuk dari perpustakaan itu sendiri. Sehingga menurut kami tipologi perpustakaan terbagi menjadi lima bagian, yaitu: (1). perpustakaan negara, (2). perpustakaan umum, (3). perpustakaan khusus, (4). perpustakaan sekolah, (5). perpustakaan perguruan tinggi.
1.      Perpustakaan Negara
Perpustakaan negara merupakan perpustakaan yang dikelola dan dibiayai oleh negara, namun di berbagai negara ada perbedaan didalam fungsi dan perannya , perpustakaan ada negara yang berperan sebagai perpustakaan umum, sedangkan dibeberapa  negara yang lain perpustakaan hanya digunakan sebagai wadah riset (penelitian) dan lembaga deposit untuk  negara tersebut, tidak melayani masyarakat umum. Perpustakaan negara memiliki fungsi sebagai berikut:
a.       Pusat referensi nasional
b.      Pusat penelitian
c.       Pusat kerjasama nasional dan internasiaonal
d.      Pusat deposit nasional
Jadi menurut kami perpustakaan negara merupakan sebuah perpustakaan utama dan komperhensif yang melayani keperluan penelitian dan informasi untuk masyarakat di suatu negara.
2.      Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan jasa perpustakaan dan informasi tanpa memandang latar belakang orang tersebut baik strata sosial, ras, agama dll. Ciri dari perpustakaan umum adalah: (a). bersifat Publik (terbuka untuk umum) (b). Dibiayai oleh masyarakat, baik berupa himpunan dana dari pemerintahnya atupun hibah dari perseorangan yang ditujukan untuk kepentingan umum (c). Layanannya bersifat gratis atau cuma-Cuma (d). Koleksinya beragam disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya.
Perpustakaan sangat berperan penting dalam perkembangan suatu negara tersebut dalam hal pemberdayaan sumber daya manusianya (SDM), karena perpustakaan umum adalah satu-satunya sarana atau tempat yang dapat diakses dengan mudah, cepat dan murah demi kepentingan peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakatnya. Disisi yang lain dapat menjadi wadah dalam pelestarian kebudayaan suatu negara itu, karena jika kebudayaan tidak dijaga dan dilestarikan maka tidak menutup kemungkinan kebudayaan tersebut akan tergerus dan hilang, kemudian hilanglah jati diri dan identitas masyarakat negara tersebut. Sedemikian pentingnya peran dari perpustakaan umum hingga UNESCO mengeluarkan Manifesto perpustakaan umum pada tahun tahun 1972 yang mempunyai empat tujuan yaitu:
1)      Memberi kesempatan khalayak umum untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka.
2)      Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan bermanfaat bagi mereka.
3)      Membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki agar bermanfaat bagi sekitarnya.
4)      Bertindak sebagai agen kultural demi terjaganya kelestarian kebudayaan suatu negara tersebut.
Perpustakaan umum sendiri terdiri dari perpustakaan Kota, Kabupaten, Kecamatan, Desa, Keliling, Difabel, dan TBM. Untuk perpustakaan kota, kabupaten, kecamatan, dan desa menjadi bagian dari perpustakaan umum karena bersifat terbuka, menjangkau masyarakat sekitarnya, sedangkan perpustakaan keliling walaupun ada yang merupakan anak cabang dari perpustakaan khusus (biasanya museum) juga termasuk dalam perpustakaan umum karena dalam segi layanannya dilapangan bersifat terbuka. Perpustakaan Difabel pun termasuk dalam kategori ini karena dia mengakomodir semua masyarakat yang mempunyai kebutuhan khusus, sehingga pasti bersifat terbuka untuk umum dan mudah untuk diakses. Begitupun dengan TBM.
3.      Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang mempunyai koleksi dengan subjek-subjek khusus (tertentu) karena biasanya berada pada lembaga atau instansi pemerintah maupun swasta. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan layanan informasi kepada para anggotanya untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi, umumnya menerapkan layanan bersifat tertutup dan hanya diperuntukkan untuk para anggota atau staf lembaga tersebut. Untuk pembiayaan oprasionalnya bersumber dari instansi itu sendiri.
Sehingga kami mengelompokkan museum, perpustakaan dep. Pemerintahan, hukum, ilmiah/penelitian, perusahaan, keagamaan dan pribadi dalam perpustakaan khusus. Kenapa? karena yang kami maksud disini adalah macam koleksinya yang hanya mengacu pada macam perpusnya, bukan pada sistem layanannya. Seperti contoh perpustakaan keagamaan Kristen, koleksinya tertutup atau tertentu hanya pada koleksi yang bermuatan ajaran Kristen, sedangkan pada realitanya perpustakaan keagamaan kristen dapat diakses oleh banyak orang dan tidak tertutup hanya untuk orang-orang yang menganut ajaran Kristen.
4.      Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang di selenggaarakan oleh lembaga pendidikan dasar dan menengah. Jadi yang dimaksud dengan sekolah disini merupakan jenjang pendidikan pra sekolah dan sekolah, yang meliputi Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah memegang peranan penting dalam proses pembentukan, pertumbuhan dan  perkembangan kepribadian seseorang, salah satu pembentukan kepribadian seseorang dapat dimulai dari kebiasaan membaca hingga menjadi kecanduan membaca, dengan membaca dapat menambah pengetahuan  dan membuka wawasannya. Berkaitan dengan hal itu maka diperlukan suatu wadah di dalam sekolah untuk memfasilitasi para siswa dalam membaca, mencari informasi maupun kepentingan tugas-tugas sekolah, maka diciptakanlah sebuah perpustakaan sekolah yang dapat dimanfaatkan oleh semua siswa tanpa terkecuali.
Setiap diciptakanya sebuah perpustakaan sudah pasti mempunyai sebuah tujuan, tujuan di ciptakannya perpustakaan sekolah sendiri diantaranya :
a.       Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca
b.      Memanfaatkan tulisan
c.       Mengembangkan kemampuan memcari, mengolah, dan memanfaatkan informasi
d.      Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka
e.       Mengembangkan kemampuan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.
Tujuan tersebut diharapkan agar siswa memanfaatkan perpustakaan sekolah dengan baik dan dapat menunjang dalam membantu dalam hal akademik maupun non akademik, sehingga  siswa-siwa mampu menjadi orang-orang yang mempunyai wawasan intelekual yang tinggi, karena pada hakikatnya seorang anak muda (siswa) merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menjadikan perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan negara .

Kemudian, perpustakaan sekolah memiliki berbagai fungsi, diantaranya: (a). Fungsi pendidikan (b). Fungsi informasi (c). Fungsi penelitian (d). Fungsi rekreasi (e). Fungsi kebudayaan (f). Fungsi kreatifitas (g). Fungsi dokumentasi.
Koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah pada hakikatnya sama, yaitu berupa buku-pelajaran, buku rujukan atau referensi dan buku yang lainnya, namun kenapa di sini di bagi menjadi perpustakaan TK, SD, SMP dan SMA, karena koleksinya perpustakaan harus di sesuaikan dengan kebutuhan penggunanya (siswa). Misalnya untuk koleksi perpustakaan TK biasanya didominasi dengan buku-buku yang bersifat hiburan, seperti buku cerita dan sebagainya, sedangkan untuk SMA tingakatan koleksinya sudah lebih luas lagi, misalnya tentang sejarah, penelitan ataupun koleksi untuk menunjang sesuai dengan progam studinya.

5.      Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat di lingkungan lembaga pendidikan tinggi,seperti: universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, dan lembaga perguruan tinggi yang lainnya.
Tujuan perpustakaan perguruan tinggi yaitu; (a) Memenuhui kepentingan informasi (b). Menyediakan referensi bagi mahasiswa (c). Menyediakan ruang belajar (d). Menyediakan informasi bagi mahasiswa.
Kemudian menurut kami, perpustakaan perguruaan tinggin tersebut terbagi menjadi 2, yaitu perpustakaan universitas dan perpustakaan fakultas. Disini kami membagi perpustakaan tersebut karena berdasarkan dengan koleksinya. Karena perpustakaan universitas cakupanya lebih luas daripada perpustakaan fakultas.



D.      KONSEPSI TIPOLOGI YANG BARU MENURUT KAMI



BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Perpustakaan adalah tempat menyimpan berbagai jenis bahan bacaan. Di situ masyarakat dapat dapat memanfaatkan bacaannya untuk menambah pengetahuan, mencari informasi atau sekadar mendapat hiburan.Adapun fungsi dari perpustakaan adalah sebagai tempat penyimpanan koleksi yang diterimanya, penyediaan buku untuk keperluan penelitian, penyediaan informasi yang dibutuhkan, merupakan tempat belajar seumur hidup dan sebagai tempat menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada serta juga meningkatkan nilai dan apresiasi budaya  masyarakat sekitarnya melalui proses penyediaan bahan bacaan.
Berangkat dari tipologi perpustakaan menurut konsep dari bapak Dr. Nurdi Laugu, S. Ag., SS., M.Si yang membagi menjadi dua jenis perpustakaan, yaitu: perpustakaan keagamaan dan perpustakaan non keagamaan. Perpustakaan keagamaan tersebut terbagi menjadi dua yaitu: perpustakaan Islam dan perpustakaan non Islam, sedangkan perpustakaan non keagamaan terbagi menjadi: perpustakaan umum, khusus, pribadi, dll. Kemudian kami mencoba membuat sebuah konsepsi tipologi perpustakaan baru yang kami bagi menjadi lima bagian, yaitu: (1). perpustakaan negara, (2). perpustakaan umum, (3). perpustakaan khusus, (4). perpustakaan sekolah, (5). perpustakaan perguruan tinggi, berdasarkan beberapan sumber yang kami temukan dan menjadi bahan pertimbangan kami dalam menentukan tipologi perpustakaan.

B.       SARAN

Pembuatan makalah ini pada dasarnya adalah terlampau jauh dari kata sempurna, karena banyaknya hal yang belum kami ketahui dan posisi kami yang masih dalam tahap pembelajaran, sehingga kritik dan saran sangatlah kami harapkan dan  kami nantikan agar dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kami dan melengkapi khasanah pengetahuan kami.


DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2010. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo
Hernandono. 1999. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka
HS, Lasa. 2008. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media
NS, Sutarno. 2006. Manajemen Pepustakaan. Jakarta: CV. Agung Seto
Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri
Qalyubi, Syihabuddin. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Saleh, Abdul Rahman. 1995. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka
Suwarno, Wiji. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Suwarno, Wiji. 2010. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Yusup, Pawit. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara



[1] Abdul Rahman Saleh, Manajemen Perpustakaan, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta, 2010, h.1.4
[2]ibid
[3] Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital, Cita Karyakarsa Mandiri, Jakarta, 2009, h.10-11
[4] Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Penerbit Universitas Terbuka, 2010, Jakarta, h.1.22-1.23
[5] Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. PT Grasindo, 2001, Jakarta, h.4
[6] Syihabuddin Qalyubi. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga. 2007. Yogyakarta. h.8

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-Usul Desa Watubarut (Kebumen, Jawa Tengah)

Es Mawar